/1/
Berjumpalah kita di sini, di riuh pasar tempat berkubangnya serpihan
jejak-jejak yang pernah mengingat banyak telapak kaki, butir keringat,
dan kepingan letih dalam celah kotak sayur yang kian larut kian susut.
Kita berjabat dengan dua tangan, saling menyilang. Seolah menanda
ini pertemuan yang pantas tercantum di bermacam monumen, prasasti,
dan senarai tegak tiang-tiang.
"Kau harus tahu, pasar adalah tempat orang saling butuh, saling hilang,
dan saling membutuhkan kehilangan sekaligus."
/2/
Kau mengajakku berkeliling, membeli banyak hal. Barangkali ada oase,
ketukan pintu ibu yang dirindu piatu, atau kebahagiaan yang dijajakan
dengan murah di antara tumpukan cabai, tomat, pula sisik kerapu.
Tiba-tiba kau berhenti di depan penjual buah-buahan. Dengan sedikit
percakapan, mematut-matut ini itu dalam sekali tunjuk. Dan mulailah
wanita penjual buah menaruh tumpukan khuldi ke atas timbangan.
/3/
Usai perbelanjaan yang gaib, kita keluar dari pasar. Kaupun memberiku
sebotol parfum. "Aromanya adalah wangi airmata, yang ditampung dari
tetes tangis dan sedikit embun yang menumpang di mata penghuni pasar
yang semakin rata oleh wangi-wangi uang." Isakanmupun turun.
Maka kupeluk air matamu. Benar, itu tangisan. Dan mulai kucatatkan
pertemuan ini di kikisan bibirku. Pertemuan yang mencatat namamu.
Tentang Pertemuan yang Mencatat Namamu
Oleh : Andi M E Wirambara
Punya puisi, cerpen, ataupun artikel yang ingin ditampilkan di CARAOO.com? Kirim saja ke redaksi CARAOO.com di zanabid@live.com. Setiap puisi, cerpen, ataupun artikel yang ditampilkan, akan diikutkan link menuju akun facebook/twitter milikmu.
Belum ada komentar untuk "Puisi : Tentang Pertemuan yang Mencatat Namamu"
Posting Komentar