Puisi : Lebur Sahut Dua Rindu

puisi-rindu.jpg


/1/
Apa kabar, rindu mungil di seberang arung dadaku?
Jemari ini kian mengerut, menghitung seberapa purba aku menanti pertemuan.
Mungkinkah rindu mengadu pada batu yang tak geming disudut senja?
Mungkin pula ia bukan tak menahu, namun ia hanya tak tahu seberapa karatnya raga.


Aku melompati satu batu ke batu lain.
Mengukir jejak di satu senja ke senja lain.
Dan menandai di pucuk ombak yang saling dorong dan tarik, buih-buih rindu tertambat di namamu.
Yang berkali kusinggahi.
Pernah aku membatu, menyeret nyawaku pada sebongkah hampa.
Lalu hanyutkan lahirku pada benua luka.
Tiba-tiba datanglah hujan rindu.
Entah aku harus tersenyum, atau barangkali menangis.


Berjelaga ku dalam luas maya tiada bertepi,
Mencari rindu siapa sesungguhnya harus kurasuki.


/2/
Apa kabar rindu mungil di utara peta?
Kutabur senyuman dari ingatan ke jarum-jarum kompas.
Agar lepas kau dari kebutaan arah, agar dibiarlah aku di ketersesatan.
Di matamu.
Peta kata-kata.
Tapi sayup bisik bekerja selaik magnet,
yang tak pernah sesat, hanya kalap.
Hanya karena dunia bulat.
Seperti bulan embun yang beku di atas lembar hidup.
Lembar-lembar ujian kisah yang telah terbang kembali pada sang Tuan.
Menjadi peta kata-kata yang tak sempat dimasukkan ke kantung hati.


Kucoba lagi membulat lembar yang telah kembali bentang.
Menggelindingkannya jauh, ke tempat di mana kau mengusap mata lalu membasuh muka.
Di butir-butir air yang terselip di garis bibir dan sela-sela air.
Lalu ke bulu mata, merapuh, lalu jatuh.


Di pipimu, selengkung rindu berhasil kudaratkan.


Yang perlahan berubah menjadi gores liku.
Menyipit dua bola mata, entah untuk melihat lebih jelas, atau menilik ke genang air yang teralir sebagai rindu yang tak habis.


/3/
Melengkunglah rindu, melengkunglah pelangi.
Dan telaga membelah diri menjadi dua.
Menjadi bening mata yang kau sipitkan.
Sepasang.
Selayang gandengan tangan untuk dibawa pergi ke tempat rindu bermula, pergi, lalu kembali.


Aih, senyuman.
Yang malu.
Yang tersipu, tersapu pelan ke sela rambutmu di mana kutemui hari-hari yang panjang, atas nama dan segenap suara-suara.


Yang kuingat sebagai kau.


Lebur Sahut Dua Rindu


Oleh Andi M E Wirambara


Punya puisi, cerpen, ataupun artikel yang ingin ditampilkan di CARAOO.com? Kirim saja ke redaksi CARAOO.com di zanabid@live.com. Setiap puisi, cerpen, ataupun artikel yang ditampilkan, akan diikutkan link menuju akun facebook/twitter milikmu.

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Puisi dengan judul Puisi : Lebur Sahut Dua Rindu. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://zanabiku.blogspot.com/2012/11/puisi-lebur-sahut-dua-rindu.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Jumat, 30 November 2012

Belum ada komentar untuk "Puisi : Lebur Sahut Dua Rindu"

Posting Komentar