Lizzy, Pasir-pasir yang memeluk rambutmu tengah mencoba mengalahkan setakhinggaan rindu yang mendebu dada.
Ada coretan di nadi-nadiku yang menanti renta.
Sebagian kenangan, sisanya masa kelak yang belum sempat kauceritakan.
Gemetar di jari ini menitip banyak hal pada musim untuk dirindukan.
Dari rekah wangi, hingga rebah senyum yang mulai mengering di pangkuan.
Wahai Lizzy, sehujan daun-daun ranggas kala kautiba menginjak halaman di kepalaku.
Kau, aku, dan waktu ialah perihal saling menunggu.
Sementara tak ada yang harus ditanyakan dari kenangan yang terlelap.
Sebab hujan terus mendengkur sepanjang jalan aku mencintaimu.
Dan rindu ini, Lizzy, telah menjelma diri sebagai kupu-kupu yang hendak kembali menjadi kepompong di ranting pohon demi suatu teduh.
Padahal dadaku sendiri ialah sarang dari cemburu yang telah meninggalkan telur-telurnya menuju utara yang tak sanggup terjangkau lara.
Sebab, cemburu bukan merpati.
Maka, Lizzy, mari berangkat ke sehelai surat untuk termenung menekuri pertanyaan pada lipatan-lipatannya.
Dan menanti janji mengirimkan kita ke tujuan masing-masing.
Lizzy (Sebab Cemburu Bukan Merpati)
Oleh Andi M. E. Wirambara
Punya puisi, cerpen, ataupun artikel yang ingin ditampilkan oleh CARAOO.com? Kirim saja ke redaksi CARAOO.com di zanabid@live.com. Setiap puisi, cerpen, ataupun artikel yang ditampilkan, akan diikutkan link menuju akun facebook/twitter milik kamu.
Belum ada komentar untuk "Puisi : Lizzy (Sebab Cemburu Bukan Merpati)"
Posting Komentar